OPTIMALISASI POSYANDU DAN PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN UNTUK PENANGGULANGAN STUNTING DI DESA DEMAAN KECAMATAN KOTA KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH
Abstract
ABSTRAK
Kemiskinan adalah salah satu penyebab stunting. Tujuan kegiatan PkM ini adalah untuk mengoptimalkan kader Posyandu dan pemberdayaan kesehatan dalam menanggulangi stunting di Desa Demaan, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Desa Demaan memiliki 7 Posyandu dengan 12 balita stunting. Teori optimalisasi oleh Siringoringo (2005) digunakan dalam kegiatan ini. Indikator maksimisasi meliputi sosialisasi dengan keluarga balita stunting dan edukasi makanan pencegah stunting. Indikator minimisasi mencakup bantuan dana PMT selama 3 bulan yang dievaluasi dan dirujuk jika diperlukan. Indikator pemenuhan kriteria mencakup sosialisasi kepada ibu balita, Posyandu remaja, ibu hamil, dan calon pengantin. Indikator risiko rendah mencakup pemberian PMT, ASI, imunisasi rutin, memperhatikan jarak sumur dengan WC, dan menghindari polusi udara. Fasilitas pendukung meliputi alat penimbangan dan pengukur tinggi badan, anggaran PMT dari dana desa, dan penggunaan aplikasi EPPGBM untuk pencatatan. Kader Posyandu juga dilatih untuk mengukur dan menimbang dengan benar serta mencatat di Buku KIA. Optimalisasi dan pemberdayaan kader serta pemberian PMT telah berjalan baik, namun evaluasi menyeluruh dan rujukan untuk kasus-kasus yang memerlukan intervensi lebih intensif masih dikembangkan.
Kata kunci : gizi seimbang, kader posyandu dan kesehatan, stunting
ABSTRACT
Poverty is one of the causes of stunting. The purpose of this PkM activity is to optimise Posyandu cadres and health empowerment in tackling stunting in Demaan Village, Kota Kudus District, Kudus Regency, Central Java. Demaan Village has 7 Posyandu with 12 stunted toddlers. Optimisation theory by Siringoringo (2005) was used in this activity. Maximisation indicators include socialisation with families of stunted toddlers and education on stunting prevention foods. Minimisation indicators include PMT funding for 3 months which is evaluated and referred if needed. Criteria fulfilment indicators include socialisation to mothers of children under five, Posyandu for adolescents, pregnant women, and brides-to-be. Low-risk indicators include providing PMT, breastfeeding, routine immunisation, paying attention to the distance between wells and toilets, and avoiding air pollution. Supporting facilities include weighing and height measurement tools, PMT budget from village funds, and use of the EPPGBM application for recording. Posyandu cadres are also trained to measure and weigh correctly and record in the KIA Book. Optimisation and empowerment of cadres as well as provision of PMTs have worked well, but comprehensive evaluation and referral for cases that require more intensive intervention are still being developed.
Keywords: balanced nutrition, posyandu and health cadres, stunting